Minggu, 19 Oktober 2014

Resensi film " ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI "

Standard

PRODUKSI                   : CITRA SINEMA
TAHUN                         : 2010
GENRE                          : KOMEDI
SUTRADARA               : DEDDY MIZWAR
PENULIS SKENARIO : MUSFAR YASIN
PEMAIN                       :  REZA RAHARDIAN, DEDDY MIZWAR, SLAMET RAHARDJO, JAJA
                                         MIHARDJA, TIO PAKUSADEWO, ASRUL DAHLAN, RATU TIKA                                                BRAVANI, RINA HASYIM,SAKURTA GINTING, SONIA, DAN                                                      TEUKU EDWIN

Alangkah Lucunya Negeri Ini adalah sebuah karya film Indonesia sineas ternama yang bernama Deddy Mizwar yang mencoba mengangkat sebuah karya potret nyata kehidupan bangsa Indonesia. Dengan membawakan sebuah tema pendidikan, film ini mempunyi jalan utama dari sebuah cerita yaitu bagaimana Muluk (Reza Rahadian) dan teman-temannya mengubah para pecopet-pecopet kecil untuk tidak lagi mencopet dan beralih memiliki usaha yang halal dengan cara yang tidak biasa. Selain itu film ini mengeluarkan adanya bumbu-bumbu komedi yang diceletukan oleh para bocah pencopet dengan mengambarkan cerita negeri ini yang apa adanya.

            Film Alangkah Lucunya Negeri ini bermula dari kebingungan dan khawatir para calon besar (H.Makbul/Deddy Mizwar dan H.Sarbini/Jaja Miharja) yang begitu perihatin dengan nasib Muluk (Reza Rahardian) yang sudah lama menganggur. Hampir 2 tahun sejak Muluk lulus Sarjana Menejemen, tetapi dia mendaptkan tolakan-tolakan dari sebuah perusahaan yang dialamarnya, membuat Muluk belum memiliki sebuah pekerjaan, Meskipun selalu gagal dalam mendapatkan sebuah pekerjaan, Muluk tidak pernah memiliki rasa putus asa, dan dia selalu berusaha.

            Pertemuan Muluk dengan pencopet bernama komet tak disangka membuka sebauh peluang pekerjaan bagi Muluk sendiri. Komet yang bersedia membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan kepada bosnya yang bernama Jarot (Tio Paksadewi). Pada saati itu Muluk terkejut melihat rumah tua dengan keadaan tak terawat yang telah para pecopet di jadikan markas adalah tempat berkumpulnya anak-anak seusia komet yang pekerjaanya adalah mencopet, padahal anak-anak berumur sekitar anak SMP.

            Karena situasi yang mengejutkan ini, membuaat Muluk berfikir terlihat akan adanya peluang yang Muluk tawarkan kepada bos pencopet Jarot, ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka hasil dari mencopet dan dengan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, dan  Muluk bersedia untuk mengajari sebuah pendidikan untuk para pencopet kecil.

            Dan akhirnya sebuah rencana yang Muluk rencanakan berhasil. Dengan di bantu oleh rekan-rekan Muluk yaitu Syamsul (Asrul Dahlan) dengan mengajarkan akan pendidikan kewarganegaraan, dan Pipit (Tika Bravani) dengan mengajarkan pendidikan keagamaan, dan mereka berdua yang juga bersarjana, tetapi jauh dari hati kecil dari Muluk, ia berniat untuk mengarahkan para pencopet kecil, yang masih muda tersebut agar mau merubah profesinya yang baik dan halal.

            Para pencopet kecil yang dulu tak pernah tersentuh sebuah pendidikan ini, setelah dikelola oleh Muluk dan teman-temannya sedikit demi sedikit mulai merasakan akan sebuah pendidikan yang selama ini mereka rasakan begitu mahalnya biaya sebuah pendidikan, kita bisa melihat dari sebuah film ini dengan melihat adegan-adegan bagaimana seorang Syamsul bersabar dalam mengajarkan baca tulis, hingga mendapatkan celetukan-celetukan seorang anak didiknya mengenai beberapa pentingnya pendidikan. Atau ketika para pencopet sudah mengenal akan sebuah upacara bendera yang dilakukan para pencopet kecil yang terdiri dari copet pasar, copet angkot, copet mall dengan mengakhiri pengibaran dengan cara mengusap kedua tangan ke muka seperti kita saat selesai berdoa. Dan melihat seperti ini kita dapat melihat bahwa apapun profesinya, sebagai rakyat Indonesia mereka mempunyai harapan besar dan sama agar bangsa ini menjadi bangsa yang adil dan makmur.

            Melihat film hasil kolaborasi penulis Musfar Yasin dan sutradara Deddy Miqwar ini, kita bias melakukan penilaian dari banyak sudut pandang, diantaranya adalah ideology, politik, social, budaya, pendidikan, kriminalitas generasi muda dan agama. Isu-isu dasar yang sangat tampak di permukaan seperti penganguran, kekerasan, dan matrealistis juga ikut disinggung dalam film ini.

            Dalam film ini juga banyak memperlihatkan keadaan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalkan dan memang itu yang sebeneranya terjadi. Adanya tekanan social yang dialami Muluk karena masih saja menganggur walaupun sudah sarjana, atau kewajiban bekerja dan menikah adalah hal lumrah di negeri ini. Potret kemiskinan dan pengangguran juga disajikan apik seperti sang ibu (Rina Hasyim) yang tidak punya pekerjaan selain mengisi TTS dan game watch, atau Sayamsul yang hobi bermain kartu di pos ronda padahal sarjana pendidikan. Bahkan kelakuan Pipit yang senang mengikuti kuis di televis dan undian berhadiah sebagai jalan pintas untuk mencari materi atau kekayaan.

            Film ini juga mengangkat persoalan agama dan umatnya. Hal ini tergambar dari konfilk antara kelompok haji, seperti Makbul, Sarbini, dan Haji Rahmat (Slamet Raharjo Djarot) yang menolak tegas tindakan revolusioner Muluk yang mengumpulkan 10% dari hasil copet untuk diputar dan ditabung, karena menimbulkan kontroversi sebagai uang haram.

            Akhirnya, dari film ini kita dapat mengambil pelajaran khususnya pembelajaran sosial, bahwa niat baik apabila kita lakukan dengan cara yang dapat menimbulkan kontroversi ternyata tidak dapat langsung di terima oleh masyarakat. Seperti konfilk yang di alami oleh Muluk dengan kelompok haji. Selain itu setiap manusia mempunyai kesempatan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. Kita dianjurkan untuk lebih arif dalam menilai seseorang bukan hanya dari bungkusnya atau yang di sebut luarnya saja, seperti apakah dia berprofesi pencopet, pengangguran, atau caleg. Namun yang perlu kita perhatikan bagaimana mereka mempunyai kebaikan untuk dapat dibagikan kepada sesama untuk merubah orang-orang yang tertinggal menjadi lebih baik. Meskipun di akhir cerita ini Muluk tidak berhasil 100% tetapi niat muluk dalam menyelesaikan sebuah masalah sosial untuk merubah generasi anak muda dari pencopet berubah menjadi profesi yang benar dan halal sudah dilakukan oleh beberapa anak-anak mantan copet menjadi dagang asong yang halal.   

0 komentar:

Posting Komentar