1. KONFLIK TNI DAN POLRI
Tak hanya itu,
bersama Soerya ada sejumlah wartawan ikut terjebak. Mereka adalah wartawan
Koran Sindo Muhammad Bunga Ashab, wartawan Batamtoday.com Gabriel P Sara,
wartawan Tribun Batam Zabur Anjasfianto, dan wartawan Haluan Kepri Dedy
Manurung.
Wartawan Koran Sindo Muhammad Bunga Ashab menyatakan mereka saat terjebak sedang dalam keadaan kelaparan. Jantung mereka pun berdebar kencang saat mendengar bunyi rentetan senjata dari arah luar Mako Brimob.
"Rata-rata belum makan seharian. Kita sempat saling meminta rokok buat menenangkan diri," kata Muhammad di sekitar Mako Brimob Polda Kepri Tembesi Batam, Jumat (21/11).
Dia mengaku saat peluru berdesingan tak mengenakan jaket anti peluru. Mereka tiarap tak berani mendongakkan kepalanya saat terjadi tembakan.
"Kami tiarap di bawah meja. Kami tidak memakai rompi anti peluru karena memang kurang jumlahnya," ujar dia.
Senada, wartawan Tribun Batam Zabur Anjasfianto mengaku sempat ditembak ketika pergi ke toilet. Dia pun mengungkapkan tembakan pertama kali berasal dari luar Mako Brimob.
"Saya di tembak waktu buang air kecil, soalnya handphone saya menyala (lampu dimatikan saat baku tembak). Kami yakin bukan Brimob yang nembak duluan," ujar dia.
Tembakan itu, kata dia berlanjut hingga beberapa waktu lamanya. Dia tak mengira bakal selamat mengingat suasana saat itu betul-betul seperti di medan perang.
"Kami bertahan selama tujuh jam di lorong antara ruangan dengan ruangan gedung I Mako Brimob Polda Kepri. Kalau nggak ada wakil gubernur saat itu, pasti sudah rata," pungkas dia.
Wartawan Koran Sindo Muhammad Bunga Ashab menyatakan mereka saat terjebak sedang dalam keadaan kelaparan. Jantung mereka pun berdebar kencang saat mendengar bunyi rentetan senjata dari arah luar Mako Brimob.
"Rata-rata belum makan seharian. Kita sempat saling meminta rokok buat menenangkan diri," kata Muhammad di sekitar Mako Brimob Polda Kepri Tembesi Batam, Jumat (21/11).
Dia mengaku saat peluru berdesingan tak mengenakan jaket anti peluru. Mereka tiarap tak berani mendongakkan kepalanya saat terjadi tembakan.
"Kami tiarap di bawah meja. Kami tidak memakai rompi anti peluru karena memang kurang jumlahnya," ujar dia.
Senada, wartawan Tribun Batam Zabur Anjasfianto mengaku sempat ditembak ketika pergi ke toilet. Dia pun mengungkapkan tembakan pertama kali berasal dari luar Mako Brimob.
"Saya di tembak waktu buang air kecil, soalnya handphone saya menyala (lampu dimatikan saat baku tembak). Kami yakin bukan Brimob yang nembak duluan," ujar dia.
Tembakan itu, kata dia berlanjut hingga beberapa waktu lamanya. Dia tak mengira bakal selamat mengingat suasana saat itu betul-betul seperti di medan perang.
"Kami bertahan selama tujuh jam di lorong antara ruangan dengan ruangan gedung I Mako Brimob Polda Kepri. Kalau nggak ada wakil gubernur saat itu, pasti sudah rata," pungkas dia.
Diatas adalah sebuah contoh berita kasus sosial yang sering
terjadi antara aparat kesatuan republik Indonesia ini, menurut saya konflik ini
sebenarnya untuk para petinggi aparat selalu mengadakan kerjasama antar aparat,
tetapi sampai sekarang masih saja muncul konfilk ini lagi, kalau untuk solusi
seperti kasus seperti ini sebenarnya cukup sulit karena seharusnya seorang
aparat memiliki moral dan jiwa nasionalisme yang tinggi dan menjadi contoh
disiplin, tetapi yang timbul seringnya karena salah satu pihak yang tidak
terima dan mengakbatkan konfilik yang cukup besar sampai-sampai berita terakhir
di bulan ini terjadi baku tembak antara aparat seperti contoh berita di atas,
tetapi dengan solsui selalu mengadakan perdamaian yang di usulkan para petinggi
aparat berharap akan sampai ke bawah-bawahnya untuk saling berdamai dan tidak
saling egois bahkan mari kita berkerja sama antara pihak TNI dan POLRI untuk
memajukan Indonesia dengan tugasnya masing-masing.
2. KONLIK TAWURAN ANTAR PELAJAR
Tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda perbincangan
setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan dianggap perkara
yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar pelajar akan membawa
dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk
keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang
sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini,
tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar
sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan
fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan
masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk
mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa
oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan
lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran
sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan
kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar
dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi
bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan
yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan
remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah
bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai
menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah
kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu
sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola
berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu.
Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak
kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada
juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan
oleh banyak faktor, beberapa contoh di antaranya, yaitu:
1. Tawuran
antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di
tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
2. Permasalahan
yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar
dua sekolah saling bermusuhan.
3. Jiwa
premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh
permasalahan tawuran antar pelajar, kita bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai
penyebab tawuran antar pelajar dari tiga poin diatas.
Tawuran
Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa
solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan,
misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan
bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang
pas dan seimbang.
Namun,
rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya
adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar
tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang
tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah
kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak
dan lain sebagainya.
Pemahaman
arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing-masing individu
pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa
setiakawan harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang
lain untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami
masalah.
Ini
dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri,
tanpa mau menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung
jawab. Menjadi ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi
perkawanan itu sendiri.
Tawuran
antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lainKadang permasalahan
tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah
ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang
menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya,
terpicu melakukan hal yang sama.
Contohnya, sebut saja sekolah A dengan sekolah B adalah musuh
abadi, dimana masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap
sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam
tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Dalam
permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu
adanya pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut.
Peranan sekolah dan guru memegang peranan penting.
Ironisnya,
sebuah pertandingan persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah
permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian
pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
Tawuran
Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata
“preman”
adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam
menyelesaikan
permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya
bukan intelektualitas.
Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang
pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir,
kecerdasan mengelola emosi,
dll.
Jiwa premanisme
dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul
begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu
mengetahui faktor
penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar
diri pelajar adalah faktor yang
kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa
contohnya adalah:
Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan
berita yang menceritakan atau sengaja
mengekspose tema-tema kekerasan dapat
mempengaruhi psikis remaja.
Kekerasan
yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya individu pelajar saja
yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu anggota
keluarganya,
dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan menyebabkan
trauma atau kekerasan
beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan
adalah hal yang wajar.
Acara
awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan
mengikuti
kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan
mengenali sekolah,
kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah
cenderung disalah gunakan oleh senior
untuk ajang balas dendam dari apa yang
pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior,
pola-pola yang dipakai
cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan
dalam
dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh
setiap
generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya
pengawasan dari pihak
sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan
ini. Kedisiplinan berbeda dengan
kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan
setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide,
gagasan acara pada waktu perkenalan
sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga
diharapkan lambat laun
sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak
menarik
lagi.
Dari faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan
atau solusi yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses
penyelesaiannya. Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal
sepele yang bisa langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses
berkelanjutan, kesadaran dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya
sekolah, orangtua, masyarakat dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman
pelajar sebagai seorang individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung
jawab.
Ada
beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman”
bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas,
cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar
pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran
antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif.
Memberikan
kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak
yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan
mengenali serta memberikan solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami
emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu
ditumbuhkan kembali, sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita
atau kabar mengenai kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada
kita bangsa Indonesia dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang
produktif, kritis, mampu menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa
kompetisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam
dirinya, dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan
pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan
pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan
kriminal, tawuran antar pelajar
0 komentar:
Posting Komentar